Sebuah buku yang berjudul Spiritual Entrepreneur yang ditulis oleh Yopi Hendra dan Deny Riana ini menarik untuk kita simak dikarenakan pada era bisnis-bisnis baru bermunculan dengan berbagai kreasi dan inovasi yang sangat beragam namun dirasa kurang bila tidak ada spirit atau semangat dalam berbisnis. Banyak beragam seminar ataupun pelatihan-pelatihan tentang peningkatan kecerdasan intelektual (IQ), Kecerdasan Emosi (EQ), serta Kecerdasan Spiritual (SQ).
Spiritual entrepreneur adalah orang-orang yang menjalankan bisnisnya dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai etika dan agama. Dia menjadikan agama sebagai rambu-rambu bisnisnya. Nilai-nilai agama yang dia terapkan dalam bisnisnya.
Hal ini penting karena berdasarkan hasil penelitian universitas St. Thomas AS terdapat hubungan yang positif antara spiritualitas dan kesuksesan bisnis. Artinya, orang-orang yang menerapkan nilai-nilai spiritual lebih besar peluangnya untuk sukses dalam berbisnis.
Oleh karana itu, jika perusahaan kita ingin langgeng dan bertahan, kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan agama. Hal ini senada dengan ungkapan Gede Prama, seorang pakar manajemen, "Kalau perusahaan ingin sustainable dan berumur panjang, dia harus menganut nilai-nilai spiritual. Dengan begitu, integritasnya akan teruji dan dipercaya oleh mitra bisnisnya."
Tidak benar anggapan yang mengatakan bahwa kalau mau berbisnis harus berani menyerempet yang haram, jika tidak susah kayanya, ini adalah anggapan yang menyesatkan. Allah berfirman dalam Al Quran, "Mereka itulah orang yang membeli dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka diberikan petunjuk." (QS Al Baqoroh (2) : 16). Bahkan Ari Ginanjar, chairman of ESQ, dengan mantap menegaskan bahwa spiritualitas harus menjadi kesadaran baru dan menjadi dasar dalam berbisnis.
Kesimpulannya bahwa dalam berbisnis kita harus selalu istiqomah dalam mencapai tujuan. Sehingga yang kita dapatkan rejeki yang barokah.
Spiritual entrepreneur adalah orang-orang yang menjalankan bisnisnya dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai etika dan agama. Dia menjadikan agama sebagai rambu-rambu bisnisnya. Nilai-nilai agama yang dia terapkan dalam bisnisnya.
Hal ini penting karena berdasarkan hasil penelitian universitas St. Thomas AS terdapat hubungan yang positif antara spiritualitas dan kesuksesan bisnis. Artinya, orang-orang yang menerapkan nilai-nilai spiritual lebih besar peluangnya untuk sukses dalam berbisnis.
Oleh karana itu, jika perusahaan kita ingin langgeng dan bertahan, kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan agama. Hal ini senada dengan ungkapan Gede Prama, seorang pakar manajemen, "Kalau perusahaan ingin sustainable dan berumur panjang, dia harus menganut nilai-nilai spiritual. Dengan begitu, integritasnya akan teruji dan dipercaya oleh mitra bisnisnya."
Tidak benar anggapan yang mengatakan bahwa kalau mau berbisnis harus berani menyerempet yang haram, jika tidak susah kayanya, ini adalah anggapan yang menyesatkan. Allah berfirman dalam Al Quran, "Mereka itulah orang yang membeli dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka diberikan petunjuk." (QS Al Baqoroh (2) : 16). Bahkan Ari Ginanjar, chairman of ESQ, dengan mantap menegaskan bahwa spiritualitas harus menjadi kesadaran baru dan menjadi dasar dalam berbisnis.
Kesimpulannya bahwa dalam berbisnis kita harus selalu istiqomah dalam mencapai tujuan. Sehingga yang kita dapatkan rejeki yang barokah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar